Senin, 23 Juli 2012

Setets Madu Dalam Perpisahan

Aku melirik jam ku. Pukul 16.30. Ponselku tdk berhenti bergetar sejak 15 menit yang lalu. Namun kami masih bertatapan. Menikmati angin keras pantai yang sudah tidak bisa aku sebut dnegan angin sepoi-sepoi lagi. Kami masih saling menunggu, entah apa yang akan kita lontarkan dari mulut masing-masing.



Dadaku sesak. Aku tau ia menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang paling pahit bagi seluruh inderaku. Namun aku memaksakan bibirku untuk menarik senyum nya. Ia memandangnku waspada, seolah-olah takut bahwa aku akan menuduh nya melakukan hal yang tidak aku sukai.

"Kali ini, saya tdk mau kita bicara. Saya cuma mau kita saling memeluk erat, hingga saatnya kita harus benar2 berpisah." Ia termangu mendengarku. Entahlah, mungkin ia menyadari bahwa aku mengetahui sesuatu. Mungkin ia tau bahwa kali ini sudah benar-benar saatnya untuk kami berpisah.

Ia merentangkan sebelah tangannya, sementara tangan yang satu lagi menarik tubuhku perlahan agar dapat mendekatinya. Kedua tanganku mulai merangkul leher dan bahunya. Hangat.

Aku semakin mengeratkan pelukanku. Masih mencoba menikmati harum tubuhnya yang khas sekali, bercampur dengan aroma rokok mild yang biasa di hisapnya. Aku menutup kedua mataku. Ada sesuatu yang tidak aku harapkan mengalir perlahan dari kedua mataku.

Hm. Air mata.

"Tidak usah mengeluarkan air mata di saat yang tidak dibutuhkan." Aku tersenyum kecil. Tuhan, ia bahkan mengetahui aku sedang menangis tanpa harus melihatku. Kenapa Kau begitu baiknya membuat kami harus membuat kenangan se banyak ini sebelum kami akan berpisah?

Perlahan, ia mengendurkan pelukannya. Aku tercekat. Secepat ini kah? Mata kami bertemu. Ia memberikan tatapannya yang paling jahat kepadaku.

"Aku harus pergi." Ia berbalik, kemudian berjalan meninggalkanku. Namun kali ini, aku jauh lebih siap saat di tinggalkan.

Ya, perpisahan itu manis jika kita menikmatinya.



*****************




*dibuat dari kisah nyata serta tambahan beberapa bumbu sebagai penyedap nya.

ciauw!! *kisskiss

Tidak ada komentar: